Tittle ::
Love Really Hurt
Author ::
Ayunda
Cast ::
Me, My friend, and Yoo Seung Ho
Secara garis besar ff ini kisah nyata tapi
plot/alur/naskah/setting semua cuma imajinasiku.
Happy Reading ^_^
~story begin~
Seorang perempuan duduk disalah satu bangku
taman bermain. Ia hanya diam dan melihat langit yang sudah berwarna jingga
pertanda matahari akan segera terbenam dengan senyum yang tak pernah hilang
dari bibirnya.
"belum pulang?" tanya seseorang
dari belakangnya.
Gadis itupun menoleh dan tersenyum
"aku masih ingin menikmati pemandangan disini" jawabnya.
"tapi disini dingin Yunda, cepat
pulang sana!" jawab orang itu yang ternyata adalah seorang namja.
"sebentar lagi ya? 5 menit" jawab
Yunda tanpa mengalihkan pandangannya dari langit.
"kalau begitu aku akan
menemanimu" ucapnya sambil duduk disebelahnya.
"gomawo Seungho, tapi kenapa kau belum
pulang?" tanya gadis itu.
"aku belum pulang karena kau belum
pulang" jawab namja itu dengan santai tanpa menyadari kalau ucapannya
membuat pipi yeoja disampingnya memerah seketika.
Yunda dan Seungho adalah teman sekelas yang
dekat. Mereka kenal sejak songsaenim memperkenalkan Seungho sebagai murid baru
dikelas Yunda dan karena tempat duduk mereka -depanbelakang- mereka jadi
semakin akrab karena sering mengobrol bersama.
Yunda's pov
Aku duduk disalah satu bangku taman
bermain. Aku hanya diam dan melihat langit yang sudah berwarna jingga pertanda
matahari akan segera terbenam, indahnya..
"belum pulang?" tiba-tiba ada
suara dari belakangku.
Akupun menoleh dan tersenyum saat aku
mengenali orang tersebut.
"aku masih ingin menikmati pemandangan
disini" jawabku.
"tapi disini dingin Yunda, cepat
pulang sana!" jawab orang itu.
"sebentar lagi ya? 5 menit"
jawabku masih dengan memandang keatas.
"kalau begitu aku akan
menemanimu" ucapnya sambil duduk disebelahku.
"gomawo Seungho, tapi kenapa kau belum
pulang?" tanyaku penasaran.
"aku belum pulang karena kau belum
pulang" jawab namja itu dengan tersenyum. Blush.. pipiku memanas,
sepertinya warnanya sudah mulai memerah sekarang. Senyumnya itu tidak terlalu
manis dan wajahnya juga tidak terlalu tampan, tapi dengan melihat senyumnya aku
merasa nyaman.
Sepulang sekolah aku bertemu dengan
sahabatku Nimas di depan rumah.
"hei, apa kau bertemu dengannya
tadi?" tanya Nimas saat aku sudah duduk di depannya.
"ne. tadi dia menemaniku melihat
matahari tenggelam di taman" jawabku, aku tau yang maksudnya 'dia' pasti
adalah orang yang kusukai.
"lalu, apa dia sudah mulai
menyukaimu?" tanya Nimas.
"aku kan sudah bilang kalau ia hanya
menganggap hubungan kami sebagai sahabat" jawabku kesal.
"yaaah,, belum ada kemajuan juga"
ucapnya kecewa. Aku hanya tersenyum tipis.
Nimas memang tau kalau aku menyukai seorang
namja, tapi aku tidak pernah memberitahu siapa namja yang kusukai itu padanya.
"oh iya. besok temani aku ke mall
ya?" ucapannya membuyarkan
lamunanku.
"tapi..."
"ayolah, besok kan libur"
bujuknya padaku.
"yasudahlah" aku hanya bisa
pasrah dengan permintaannya.
~~~
Author's pov
Sekarang Yunda dan Nimas sedang berada di
mall. Mereka berjalan menyusuri semua sudut mall tersebut.
"Nimas, aku lelah, kajja kita
istirahat sambil makan es krim dulu" ajak Yunda.
"ne, kajja" jawab Nimas lalu
menarik tangan sahabatnya itu.
@ cafe
Mereka sedang menunggu pesanan datang.
Yunda mengedarkan pandangannya sambil melihat-lihat arsitektur cafe yang ia
kunjungi tersebut. Kafe dengan gaya modern bernama Handel And Gretel, dengan
desain-desain klasik disetiap meja dan terdapat beberapa lukisan yang
menggambarkan keindahan Korea. Tiba-tiba pandangannya terpaku pada dua orang
namja yang baru saja memasuki cafe tersebut, sepertinya ia mengenali dua orang
tersebut. Yunda menyipitkan matanya untuk memperjelas pandangannya dan ternyata
dugaannya tidak salah, itu Sungho. Setelah itu ucapan seorang waiters
mengagetkannya "silahkan menikmati".
"ne. kamsa hamnida" ucapnya dan
Nimas bersamaan.
"Yunda, aku ke toilet dulu ya?"
ucap Nimas lalu berdiri.
"ne jangan lama-lama" jawab Yunda
lalu Nimaspun berjalan menuju toilet.
Saat sedang asik bermain game di HP,
tiba-tiba ada suara mengejutkannya.
"sendiri?" tanya Seungho.
"ne, oh aku ani, aku bersama sahabatku
tetapi ia sedang ke toilet" jawabnya gugup.
"apa bisa kami bergabung disini?"
tanya Minho, teman Seungho.
Yundapun melihat kearah mejanya dan disitu
memang masih ada dua buah kursi kosong. "tentu saja" ucapnya setelah
berpikir-pikir beberapa saat.
"gomawo" ucap Minho dan Seungho
hanya bisa mengikuti Minho untuk duduk disitu juga.
Mereka bertiga asik membicarakan guru baru
disekolah mereka hingga akhirnya mereka tidak menyadari ada seorang yeoja yang
menghampiri mereka dan duduk disebelah Yunda.
Karena merasa ada sesuatu (?) Yunda menoleh
dan kaget melihat Nimas sudah ada di sebelahnya, "eoh, Nimas, kau sudah
kembali? perkenalkan ini teman-temanku" Yunda memperkenalkan Seungho dan
Minho pada Nimas. Minho langsung mengulurkan tangannya "annyeong haseyo
Choi Minho imnida" "Nimas Imnida" lalu kali ini Seungho yang
mengulurkan tangannya "Seungho imnida" "Nimas,
bangapseumnida"
~~~
Yunda's pov
Diperjalanan pulang Nimas terus saja
mengoceh tentang Seungho, apa dia tertarik pada Seungho?
"Yun, Seungho temanmu itu, apa dia
sudah punya yeojachingu?" tanya Nimas dengan antusias. 'semangat banget
sih ni orang?' batinku.
"setauku belum" jawabku sok
nyantai sambil melihat keluar melalui jendela taksi.
"semoga saja dia belum punya"
jawabnya.
"tapi aku tidak jamin kalau
informasiku tadi benar" ucapku.
"ne. aku ingin lebih mengenalnya. dia
itu manis ya?" ucapnya lagi.
Aku bingung harus menjawab apa jadi aku
hanya mengedikkan bahuku sebagai jawabanya.
"kau menyukainya?" tanyaku.
"molla, mungkin kalau aku mengenalinya
lebih jauh aku akan menyukainya"
DEG
"oh.." hanya itu jawaban yang
bisa aku ucapkan.
Apa dia akan menyukai Seungho? tapi
bagaimana dengan Seungho? apa dia juga tertarik pada Nimas? aaaaaa!!! aku
pusing!! bagaimana kalau mereka saling menyukai lalu akhirnya mereka
berpacaran?
"sudah sampai, kau tidak mau
turun?" tanya Nimas yang membuatku kaget.
"oh ne.." ucapku sambil turun
dari taksi.
~~~
@SM High School
"Yunda!!" aku mendengar ada orang
yang memanggilku.
"Yunda!!" akupun menoleh ke asal
suara. Kulihat Seungho berjalan mendekatiku, ada apa ya..
"ada apa?" tanyaku langsung saat
dia sudah duduk di depanku.
"emmm,, eee,, ng.." aku memiringkan kepalaku sambil menunggu
ucapannya.
"apa kau gila? cacingan?" tanyaku
karena bicaranya tidak jelas.
"hei!! kenapa kau mengejekku seperti
itu?"
"mangkannya kalau ngomong yang jelas,
jangan seperti orang gagap" ucapku sebal.
"sahabatmu yang kemarin itu"
ucapnya dengan mata berbinar-binar.
"memangnya ada apa dengan
sahabatku?" aku mulai merasakan aura-aura mencurigakan (?).
"emm,, aku menyukainya" ucapnya
cepat.
"lalu?" aku berusaha
menyembunyikan keterkejutanku dengan menunduk dan pura-pura membaca komik.
"bantu aku mendekatinya ya?"
ucapnya dengan nada memohon.
DEG
kenapa ini? mengapa rasanya dadaku begitu
sesak? mengapa sulit sekali untuk bernafas? Tuhan, apakah ini yang dimaksud
patah hati? tapi mungkin yang kurasakan lebih dari itu.
Aku patah hati pada cinta pertamaku sebelum
aku menyatakan perasaanku, dan orang yang membuatku seperti ini adalah
sahabatku sendiri?
"yun?" ucapnya membuyarkan
lamunanku.
"ne?"
"bantu aku ya, sahabatku yang
baik" ucapnya memohon padaku.
"ne, akan ku usahakan sebisaku"
jawabku sambil memaksakan senyuman di bibirku.
~~~
Author's pov
Yunda sedang bermain game bersama
saudaranya, Cho Kyuhyun di ruang tengah rumahnya. Sejenak permainan ini bisa
membuatnya melupakan hal-hal yang membuatnya murung beberapa hari ini.
"yak!! mati kau Cho Kyuhyun!!"
Yunda menekan tombol joystik dengan semangat menggebu-gebu.
"panggil aku oppa anak kecil. Aku
lebih tua 6 tahun darimu!!" suara Kyuhyun menggema di seluruh penjuru
rumah, untung saja orang tua Yunda dan Kyuhyun sudah kebal dan sudah tau kalau mereka akan heboh jika sedang
bermain game.
"neee ajhussi" jawabnya santai.
"tidak bisakah kau bersikap sopan padaku huh? aku ini saudara yang lebih tua
darimu,, walaupun bukan saudara kandung sih. tapi kan..." ucapan Kyuhyun
terhenti karena mendengar bunyi ponsel Yunda. Yunda segera mengambil ponselnya
dari meja dan mengangkat telponnya.
"Yeoboseyo"
"..........."
"sekarang?"
".............."
"penting?"
"...................."
"aku sibuk"
"............."
"ne, 15 menit lagi aku sampai
disana"
"............"
Setelah berpamitan dengan keluarganya Yunda
pergi ke taman kota di Seoul.
@Seoul Park
"ada apa?" tanya Yunda dengan
tatapan tidak bersemangat. tatapan yang selalu ia tunjukan sejak Seungho
memintanya untuk menjadi 'mak comblang'nya dengan Nimas.
"setelah mengenalnya selama beberapa
minggu aku rasa aku benar-benar menyukainya" jawab Seungho.
"lalu?"
"aku.. akan menyatakan perasaanku
padanya"
"kapan?"
"menurutmu kapan waktu yang
tepat?"
"saat hari ulang tahunmu mungkin,,
bukankah kau akan mengadakan picnic untuk merayakan ulangtahunmu?" Yunda
memberi usul.
"ide bagus, gomawo kau telah
membantuku selama ini,, kau benar-benar temanku yang paliiing baik"
"ne,, cheomaneyo"
"tapi aku ragu, apakah Nimas akan
menerimaku atau tidak"
Yunda terdiam sejenak setelah itu ia
berkata "dia menyukaimu,, sejak pertemuan pertama kalian. dia sangat
tertarik padamu dan kurasa dia akan menerimamu" ia memustuskan untuk
mengatakan yang sejujurnya.
~~~
Hari ini tanggal 24 Agustus,, hari ulang
tahun Seungho. Hari yang paling ditunggu oleh Seungho karena hari ini akan
menjadi the new destination untuknya.
Tapi hari yang paling tidak di inginkan
Yunda karena hari ini akan menjadi the new frustation untuknya.
Hari ini Seungho akan menyatakan
perasaannya pada Nimas dan sudah diyakini 100% oleh Yunda bahwa nimas pasti
akan menerimanya.
~~~
@ night
Yunda's pov
Sekarang kami mengadakan acara api unggun
untuk menghangatkan badan di tengah-tengah udara yang dingin.
Semua orang duduk mengitari api unggun
dengan beralaskan rumput. Aku duduk di dekat tenda karena ingin memanfaatkan
alas tenda sebagai alas dudukku 'biar gak dingin2 amat' pikirku.
Sedangkan diseberangku Nimas dan Seungho
duduk bersebelahan. Ya. mereka sudah resmi sekarang. Cukup lama aku
memperhatikan gerak-gerik mereka berdua sambil sesekali meneguk segelas teh
yang ada di genggamanku. Tiba-tiba Seungho berdiri, mau apa dia?
"semuanya,, terimakasih karena telah
datang di acara ulang tahunku, walaupun acara ini tidak terlalu meriah dan
hanya dihadiri oleh orang-orang terdekatku tapi aku berharap kalian semua
menikmatinya" ucapnya panjang lebar.
"dan aku juga ingin mengumumkan bahwa
statusku sudah bukan jomblo lagi" lanjutnya. Sudah kuduga, dia pasti akan
mengumumkannya.
"perkenalkan, ini yeojachinguku,
Nimas" ucapnya sambil menarik Nimas agar ikut berdiri disebelahnya.
Aku menunduk, berusaha memfokuskan
perhatianku sepenuhnya pada rerumputan di bawahku., tapi sia-sia. sepertinya
aku harus mengundang Kyuhyun oppa
kerumah untuk menghilangkan stressku besok. tentu saja dengan bantuan
game ia bisa membuatku lebih bersemangat.
"aku juga sangat berterimakasih kepada
sahabatku yang paliiing baik, gomawo Yunda" ucapnya yang membuatku refleks
mengangkat kepalaku dan tersenyum padanya.
"dia adalah yeoja yang ceria, dan baik
hati, walaupun kadang-kadang sifatnya yang aneh itu selalu menggangguku tapi
aku tetap menyukainya sebagai sahabatku" ya, aku memang hanya seorang
sahabat baginya.
Aku hanya tersenyum tipis mndengar
pendapatnya tentang diriku.
Terimakasih Seungho, kau sudah menganggapku
sebagai temanmu bahkan sahabatmu. Dan aku juga berterimakasih karena kau telah
memberiku pelajaran tentang bagaimana berkorban untuk orang kita sayangi.
~~~
Sekarang aku sudah lulus SMA, tidak terasa
sekali, rasanya baru kemarin aku mengagumi seorang namja murid baru dikelasku,
kelas 11a. Dan sekarang sudah waktunya aku melupakan semua, walaupun aku tidak
dapat memiliki Seungho tapi aku masih punya teman - temanku yang selalu membuat
hari - hariku penuh warna *curhatan buat temen2 8e*
"Yunda, sepulang sekolah nanti kau
ikutlah denganku ya?" ucap Seungho yang aku sendiri tak tau sejak kapan
dia ada di depanku.
"untuk apa?" tanyaku bingung.
"sudahlah, ada yang ingin aku dan
Nimas beritaukan padamu" ucapnya setengah memaksa "ya? ya?".
"arra.. arra" jawabku pasrah.
~~~
Setelah menempuh perjalanan 10 menit dari
sekolah menggunakan mobil milik Seungho, akhirnya aku dan Seungho sampai di
sebuah cafe. Tempat pertemuan pertama Nimas dan Seungho. oke. perasaanku mulai
tidak enak.
Seungho menarikku kesebuat meja yang
ternyata sudah ada Nimas disitu.
"ada apa?" tanyaku to the point.
"kami ingin memberimu ini" ucap
Nimas sambil menyodorkan kertas yang dilipat menjadi tiga dan dibungkus
plastik. Nafasku tercekat, kalian tau itu apa? undangan!!!
"ini undangan pertunangan kami
yun" jelas Seungho yang sepertinya bisa membaca ekspresi kebingungan
diwajahku?
"chukkae ya" ucapku dengan
tersenyum lalu kemudian aku membuka undangan tersebut. 1 minggu lagi.
"Yunda,, bantu aku mencari gaun untuk
pertunanganku ya" ucap Nimas dengan nada manja kepadaku.
"emm, tentu saja" jawabku.
~~~
Dan disinilah aku sekarang, berdiri di
depan beberapa pajangan gaun untuk memilihkan baju untuk Nimas.
"yang ini" ucapku sambil
menyodorkan gaun berwarna putih yang cantik.
"wah,, kau pintar sekali memilih
baju,, tunggu sebentar aku akan mencobanya" ucap Nimas lalu menghilang di
balik pintu.
"bagaimana?" tanyanya setelah
keluar dari ruang ganti.
"cantik" jawabku sambil
tersenyum,, kurasakan mataku berkaca-kaca mengingat bahwa sahabatku yang manja
akan segera bertunangan dan yang membuat air mataku menetes adalah ia
bertunangan dengan orang yang pernah kusukai. PERNAH kusukai, karena aku
berjanji pada diriku sendiri bahwa aku akan benar-benar melupakan Sungho.
"Yunda kenapa kau menangis? apa kau
sedih?" tanya Nimas.
"ani, aku bahagia melihatmu
bahagia" jawabku sambil menghapus air mata yang mengalir dipipiku.
"kajja, kita bayar gaun ini"
ajakku.
"ne, kajja"
~~~
Besok adalah hari pertunangan Nimas dan
Seungho,, dan disinilah aku sekarang. Duduk dengan mendekap kedua lututku di
bukit tersembunyi yang aku temukan bersama Nimas saat kami masih kecil.
Tempat dimana aku pasti akan datang jika
suasana hatiku sedang tidak baik.
Aku mengingat kembali saat-saat bersama
Seungho. otakku memutar semua kejadian layaknya flashback. Saat dimana Seungho
memasuki kelasku sebagai murid baru, saat ia duduk tepat dibelakangku dan
membuatku tidak konsentrasi saat belajar, saat ia memberiku kejutan dihari
ulang tahunku, saat ia selalu menemaniku melihat matahari tenggelam setiap
harinya, saat aku mengenalkannya pada Nimas, saat ia memintaku untuk
membantunya mendekati Nimas. Itu semua tidak kulupakan sedikitpun.
Aku sengaja berlama-lama disini karena
mungkin ini adalah hari terakhirku pergi kesini. Aku tidak akan bisa menikmati
pemandangan matahari tenggelam lagi dari sini.
Aku akan melanjutkan kuliah di Perancis dan
mungkin akan kembali kesini 5 tahun lagi. Aku harap jika aku kembali lagi
kesini, aku akan menjadi orang yang berbeda. Orang yang tidak lagi selalu
berkorban untuk sahabatnya dan mengalah kepada sahabatnya. Aku berjanji pada
diriku sendiri bahwa mulai saat ini aku akan mulai memperjuangkan masa depanku
dan melupakan semua kenangan yang membuatku terpuruk dan sedih.
Tak terasa air mataku menetes, sial! kenapa
aku menangis?
Tapi kali ini aku tidak akan menghapus air
mataku dan berpura-pura seakan tidak ada apa-apa. Kubiarkan air mataku terus
mengalir. Aku bukan menangis karena pertunangan Seungho dan Nimas, tapi aku
menangis karena aku bahagia. Dan sedih tentunya karena harus meninggalkan
orang-orang yang aku sayangi di Korea dan hidup di Perancis.
Seungho. Hari ini aku menangis bukan karena
mengharapkanmu., menginginkanmu, atau karena Nimas. Tapi aku menangis karena
akhirnya aku sadar. Hidupku akan baik-baik saja tanpamu.
Author's pov
Yunda tetap duduk di bukit itu. tidak
peduli gelapnya langit yang sudah tertutup oleh mendung. Dia bahkan mengabaikan
tetesan air hujan yang mulai jatuh dan membuat sebagian jaketnya basah.
Tubuhnya diam, hanya sesekali matanya yang berkedip melawan tetesan air hujan
yang turun semakin deras dan membuat seluruh pakaiannya basah, namun sepertinya
ia tidak peduli. “Untuk terakhir kalinya Tuhan, biarkan aku seperti ini,
menjadi gadis lemah yang menangis demi cintanya dan aku berjanji saat hujan ini
reda maka semua akan kembali baik-baik saja” Bibirnya bergetar saat ia berbisik
pelan,
Dan airmata itupun mengalir bercampur
dengan hujan yang kini mengguyur seluruh tubuhnya, ia tak peduli jika harus
menangis ditengah hujan seperti ini. Meskipun airmatanya tertutupi oleh air
hujan, namun tetap saja tergambar dengan jelas raut kesedihan yang mendalam
diwajahnya. Tapi dia sudah berjanji ini
tak akan berlangsung lama, setelah hujan ini reda, maka semuanya akan membaik,
meskipun tak sepenuhnya. Ia mengadahkan kepalanya keatas, memandang langit
gelap yang menumpahkan jutaan tetes air hujan, dalam pikirannya saat ini, ia
berharap rasa sakit dan sesal ini akan
luntur terbawa air hujan dan jatuh mengalir.
~~~
Hari ini adalah hari Pertunangan Seungho
dan Nimas, juga hari terakhirku bertemu mereka.
"Yunda, kau cantik sekali. baru kali
ini aku melihatmu memakai rok selama 8 tahun kita besahabat" ucap Nimas
dengan ceria. Mungkin aku akan sulit meninggalkan sahabatku yang manja ini.
"aku sengaja berpenampilan seperti ini
untukmu. Untuk sahabatku di hari istimewa baginya." balasku.
"Aku yakin, dengan berpenampilan
begini kau pasti akan menarik banyak perhatian dari namja-namja yang ada
disini" godanya.
Aku hanya tersenyum saat ia mengucapkannya.
~~~
Aku melihat mereka saling bertukar cincin
dan terlihat dari raut wajah mereka bahwa mereka sangat bahagia.
Tiba-tiba Nimas menghampiriku dan berkata
"Yun, kau tidak mau memberiku hadiah?" tanyanya.
"tidak" jawabku cuek.
"aissh.. kau ini selalu saja pelit!
aku mau kau menyanyikan lagu sebagai hadiah untuk kami berdua, bagaimana?"
ucapnya lagi.
"baiklah" jawabku. Kupikir,
mungkin ini adalah hadiah perpisahan dariku untuknya jadi aku mengiyakan saja
permintaannya.
Aku berjalan menuju grand piano yang ada di
sudut ruangan. Aku menoleh kearah mereka dan kulihat mereka tersenyum padaku.
Akupun membalas senyuman mereka dan duduk di bangku yang sudah dipersiapkan.
Aku menarik nafas perlahan dan kemudian
tanganku mulai memainkan tuts-tuts piano.
Aku tidak merencanakan lagu apa yang ingin
aku nyanyikan sebelumnya dan entah kenapa tanganku bergerak diatas tuts-tuts
piano dan memainkan intro sebuah lagu. Kenapa tanganku refleks memainkan lagu
ini ketika aku membayangkan Seungho? tapi yasudahlah. Aku tidak mungkin
menghentikan lagunya dan mengganti dengan lagu lain. Akupun mulai menyanyi.
You..
(kau)
Do you remember me?..
(apa kau mengingatku?)
Like I remember you..
(seperti aku mengingatmu)
Do you spend your life.,
(apa kau melewati hidupmu)
Going back in your mind to
that time..
(kembali ke ingatanmu pada
waktu itu)
Cause I..
(karena aku)
I walk the street alone..
(aku berjalan sendiri di
jalanan)
I could be in on my own..
(aku bisa berada dalam diri
sendiri)
And everyone can see that.,
(dan semua orang dapat
melihat bahwa)
I really fell.,
(aku sangat terjatuh)
And I'm going to hell..
(dan seakan pergi ke neraka)
Think about you with somebody
else..
(saat memikirkan tentang
dirimu bersama orang lain)
Aku melirik kearah Seungho dan Nimas. Merka
saling memandang dan tersenyum. tangan mereka saling menggenggam seolah tidak
bisa dipisahkan. Tanpa sadar bibirku tertarik membuat sebuah senyuman melihat
mereka berdua. Tuhan, berilah kebahagiaan kepada dua orang sahabatku. Sahabatku
yang sangat aku sayangi.
Somebody want you..
(seseorang menginginkanmu)
Somebody need you..
(seseorang membutuhkanmu)
Somebody dreams about you
every single night..
(seseorang bermimpi tentangmu
di setiap kesendirian malam)
Somebody can't breath.,
without is is lonely..
(seseorang tak bisa bernafas,
tanpamu merasa sendiri)
Somebody hopes that someday
you will see..
(seseorang berharap bahwa
suatu hari kau akan melihat)
That somebody's me..
(bahwa seseorang itu aku)
Tak terasa air mataku menetes saat aku
menyanyikan bagian reff lagu tersebut. Saat aku menyanyikannya, otakku kembali
memutar ingatan-ingatan antara aku dan Seungho. Dan itu otomatis membuat air mataku jatuh tak
terkendali.
Setelah menyanyikan lagu itu sampai akhir,
aku berjalan kearah mereka. Menghampiri dua orang yang sangat aku sayangi.
"bagaimana?" tanyaku
"bagus sekali" jawab Seungho sambil
mengacungkan jempolnya.
"ne. kau terlihat sangat menghayati
lagunya" sambung Nimas dengan tangannya yang masih menggelayut di lengan Seungho.
*bahasamu yun..*
"gomawo" balasku sambil tersenyum
tipis. Kulirik jam tanganku. Sudah waktunya aku mengatakannya.
"selamat ya untuk pertunangan
kalian. lagu tadi sebagai hadiah dariku
sekaligus ucapan selamat tinggal" ucapku sambil menunduk.
"mwo? apa maksudmu?" tanya Nimas.
Aku menarik nafasku, mengumpulkan
keberanian untuk menatap mata sahabatku itu "aku akan pindah ke Perancis
untuk melanjutkan sekolahku" jawabku.
"tapi kenapa kau tidak pernah bilang
sebelumnya?" kulihat ia kecewa dengan keputusanku.
"maaf, tapi aku tidak mau membuatmu
sedih. lagipula sekarang kan ada Seungho yang akan menggantikanku untuk
menemanimu" jawabku tersenyum.
"kau akan benar-benar meninggalkanku?
kau akan kembali lagi kan?" balasnya. Sekarang ia sudah menangis. Aku
tidak kuat melihat air mata sahabatku ini.
"jangan menangis, aku pasti akan
kembali" ucapku sambil menghapus air matanya.
"kau melarangku menangis tapi kau
sendiri juga menangis" jawabnya lalu memelukku. "kau sudah seperti
kakak bagiku yunda" ucapnya.
"ne. aku juga menganggapku sebagai
adikku" jawabku.
Tangisan kami semakin deras hingga akhirnya
aku melepaskan pelukannya dan berkata "jangan sedih. kalau kau sedih aku
tidak akan bisa hidup nyaman disana. ne?"
"ne" jawanya sambil tersenyum dan
menghapus air matanya.
Kini pandanganku beralih pada namja
disamping Nimas. Namja yang aku cintai sekaligus namja yang akan menggantikan
posisiku di kehidupan Nimas.
"aku titip sahabatku ya? jaga dia
baik-baik. kalau sampai kau membuatnya sedih aku tidak akan tinggal diam"
ucapku pada Seungho.
"ne. aku akan selalu menjaganya dengan
baik" jawabnya.
Air mataku kembali menetes mengingat
sebentar lagi aku tidak akan melihat mereka lagi.
"hey, mana Yunda yang selalu tersenyum
dan tidak pernah menangis? mana sahabatku yang kuat dan tegar?" ucapnya
lagi.
Aku tidak menjawab apa-apa. Hanya mencoba
meredakan tangisanku.
"bolehkan aku memelukmu sebagai ucapan
perpisahan?" tanyaku.
"tentu saja, aku sahabatmu"
jawabnya. Akupun memeluknya, hanya sebagai sahabat. Yoo Seungho, tidak taukah
kau bahwa ucapanmu tadi membuat tangisku semakin menjadi-jadi?
Aku melepas pelukannya. dan berkata
"kalian hiduplah dengan bahagia ya?" ucapku memaksakan senyum
termanisku.
"ne" jawabnya.
"kau akan pergi sekarang?" tanya
Nimas.
"pesawatku berangkat besok pagi. Dan
sekarang aku harus bersiap-siap. Aku pergi ya" pamitku pada mereka berdua.
Sungho tersenyum menjawab perkataanku
sedangkan Nimas kembali menangis dalam pelukan Seungho.
Akupun berbalik dan berjalan perlahan
meninggalkan mereka. Awalnya aku ingin segera pergi dari sini karena aku tidak
mau melihat sahabatku yang terus menangisiku. Tapi kakiku rasanya berat hinga
aku hanya berjalan perlahan-lahan seperti ddangkoma.
Selamat tinggal sahabatku. Semoga kalian
bahagia, dan aku juga akan hidup dengan bahagia.
Yoo Sungho, takdir kita hanya sebatas
tentang persahabatan.
Terima kasih telah hadir dan memberi
senyuman termanis dalam hidupku.
Aku mencintaimu, sangat mencintaimu. Kau
tak pernah tau? kuharap kau tak kan pernah tau.
Aku sungguh beruntung bisa mengenalmu dan
mencintaimu.
Selamat tinggal.
Buanglah semua ingatan tentangku.
Biarkan hanya aku yang terpuruk oleh kisah
ini.
Menyesali waktu karena tak sempat
mengatakan padamu bahwa dihatiku, telah terukir namamu.
Jika aku bisa maka aku akan bertahan.
Jika aku mampu maka aku akan tetap berdiri.
Walau itu tanpamu.
Karena aku yakin jika suatu hari nanti
kebahagiaan akan hadir kepadaku.
Dan aku akan tersenyum. Senyum terindah
untuk kebahagiaanku nanti dan untuk kebahagiaanmu kini.
===END===
0 komentar:
Posting Komentar